Buku adalah jendela dunia, membaca adalah jembatan ilmu, tersirat makna bahwasanya jika kita ingin melihat dunia maka perbanyak membaca buku. Buku dalam catatan sejarah semuanya berawal dari zaman Mesir kuno tahun 2400 SM. Dimana pada waktu itu orang-orang menuliskan simbol-simbol pada lembaran-lembaran daun papyrus yang disusun menjadi sebuah buku. Masyarakat timur tengah menulis pada kulit domba yang disebut perkamen, dari lembaran perkamen yang disusun dan dijilid menjadi sebuah buku. Yang uniknya bangsa Cina menggunakan potongan kayu dan bambu sehingga bentuk tulisan mereka berurut ke bawah. Di zaman sekarang buku didesain sesuai dengan kebutuhan pembaca dan menawarkan beribu desain dan subjek yang mampu menggugah minat baca. Bedah buku atau book review adalah kegiatan mengevaluasi, menilai, mengkritik, dan memberikan perbandingan pada sebuah buku. Hal tersebutlah yang membuat bedah buku sangat penting untuk kalangan mahasiswa, sebab dengan membedah buku mahasiswa dapat berlatih untuk berfikir kritis dalam hal menilai, mengevaluasi dan mengkritik sebuah buku. Bedah buku juga dapat meningkatkan minat baca dan memantik semangat untuk menulis. Pada buku “Memangkas Birokrasi - dari Hasan Tiro, Ongkos Verifikasi Parpol, Jessica Wongso sampai Mafia Sisilia” terdapat pemikiran-pemikiran serta pengalaman Dr. Aidir Amin Daud, S.H., M.H. dalam perjuangannya mengaktualisasikan ide-ide pembaruan untuk memperbaiki birokrasi selama 12 tahun mengabdi di Kementerian Hukum dan HAM. Dengan isi buku yang seperti itu maka sangat tepat rasanya bagi kita mahasiswa yang tertarik dengan semangat perjuangan anti korupsi untuk membedahnya.

 

Jika beberapa buku membahas suatu materi dari salah satu aspek, maka buku karangan Dr. Aidir Amin Daud, S.H. M.H. menjadi salah satu buku yang membahas suatu materi dari berbagai aspek, dalam hal ini pada bidang politik hukum, khususnya problematika birokrasi. Dalam bedah buku yang dilaksanakan oleh Divisi Keilmuan GARDA TIPIKOR, berbagai pertanyaan serta pernyataan hadir sebagai wujud apresiasi atas sebuah mahakarya dari Dr. Aidir Amin Daud, S.H., M.H. Buku Memangkas Birokrasi tersebut mengkaji kebijakan pemerintah, produk-produk hukum, juga membahas kasus-kasus korupsi kebijakan, dimana kebijakan pemerintah hadir sebagai bakal celah-celah dalam pemerintahan yang memudahkan pejabat dalam melancarkan kegiatan korupnya. Penulis buku tersebut terbukti sebagai teknokrat, birokrat, bahkan pemikir yang melintasi zaman. Beliau piawai dalam menuangkan isi pikiran dari pengalamannya dalam penulisan buku tersebut.Beberapa poin penting dalam buku tersebut, adalah buku tersebut padat makna dan menarik perhatian. Latar belakang penulis buku tersebut dapat dirasakan pembaca pada tulisannya, sebab ciri khas jurnalis dalam pembawaanya masih terasa dengan jelas. Kelebihan buku ini terdapat pada bagaimana penulis menyajikan tulisannya dengan ciri khas tertentu, juga kasus yang disajikan penuh makna dan pelajaran. Buku tersebut juga cocok untuk berbagai kalangan. Sedikit kekurangan yang terdapat dalam buku tersebut, menurut narasumber buku tersebut masih perlu menambah beberapa pembahasan lagi agar buku tersebut tidak cepat habis dibaca, masih ada beberapa bab maupun sub-bab dalam hal pembahasan masih perlu dikaji lebih dalam agar tidak minim informasi. Namun, dibalik kekurangan buku tersebut, kelebihan buku tersebut jauh lebih banyak dibandingkan kekurangannya.

Buku tersebut menyajikan lika-liku birokrasi di Indonesia dengan berbagai permasalahannya. “Beliau merupakan seorang birokrat, teknokrat, sekaligus pemikir lintas zaman” ucap Nur Fadliansyah Abubakar, S.H. selaku narasumber atau pembedah dalam kegiatan bedah buku. Pengalaman Dr. Aidir Amin Daud, S.H., M.H.  dalam mengawal Kementerian Hukum dan HAM selama kurang lebih 12 tahun menjadi bukti bahwa beliau, dengan segala inovasi serta ide briliannya menjadikannya sebagai birokrat yang adaptif terhadap perkembangan zaman. Problem solving atas setiap kasus menjadi pengetahuan baru dalam menanggapi kasus lainnya dalam buku tersebut. Demikian buku tersebut disajikan sebagai suatu karya yang diharapkan dapat memperbaiki, merekonstruksi, memangkas birokrasi di Indonesia.